Rabu, 02 Juni 2010

Tragedi penyerangan kapal kemanusiaan

Tingginya perhatian masyarakat dunia terhadap tragedi kemanusiaan di kapal Mavi Marmara tidak terlepas dari koflik Israel-Palestina yang seakan tak bisa diselesaikan. Israel kerap menggunakan pendekatan dan cara biadab dalam menghadapi Palestina, khususnya, dan bangsa Arab pada umumnya.

Semua kejahatan perang seperti itu dilakukan oleh Israel dengan dalih membela diri dari serangan-serangan ekstremis Palestina. Bahkan, dalam penyerangan kali ini, Israel berdalih ada sejumlah teroris yang ikut serta dalam misi kemanusiaan tersebut.

Dalam konteks itu, tragedi Mavi Marmara menambah kusut peta konflik antara Israel-Palestina di satu sisi dan Israel-dunia Arab/Islam di sisi lain. Hal tersebut terjadi karena tragedi kali ini bisa menyuburkan pandangan ekstrem yang selama ini berkembang di sekitar konflik Israel-Palestina, yaitu perspektif yang hendak menafikan Israel dari muka bumi (bagi mereka yang anti-Israel) dan tidak memberikan kemerdekaan kepada Palestina (bagi mereka yang anti-Palestina).

Padahal, solusi dua negara merupakan jalan tengah yang selama ini mendapatkan dukungan dari banyak pihak untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Yakni, berdirinya negara Palestina secara merdeka dan berdampingan dalam damai dengan Israel. Dengan solusi dua negara, rakyat Palestina dan dunia Arab-Islam bisa mewujudkan impian negara Palestina yang merdeka. Sedangkan bagi Israel, solusi dua negara bisa membuat negara berpenduduk Yahudi itu berhubungan secara damai dan resmi (bahkan diplomatik) dengan sejumlah negara tetangga di dunia Arab.

Realisasi solusi dua negara sejauh ini kerap mendapatkan rintangan, terutama terkait dengan isu-isu sensitif, seperti perbatasan, wilayah Al Quds, para pengungsi Palestina yang kini menyebar di sejumlah negara Arab, dan keamanan. Namun demikian, perundingan atas dasar solusi dua negara tersebut tetap dikobarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar