Sekitar 1000 mayat korban gempa bumi dan tsunami yang ditemukan di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi telah terkontaminasi radioaktif. Pemerintah Jepang dilaporkan belum memiliki cara untuk mengubur atau memusnahkan mayat-mayat tersebut.
Dilansir dari laman MSNBC, Rabu, 6 April 2011, sekitar 1000 mayat yang tersebar di wilayah radius 20 km dari PLTN belum ditentukan nasibnya. Mayat-mayat ini juga belum dipindahkan karena tidak ada yang diperbolehkan untuk memasuki radius ini.
Sebelumnya, warga dalam radius 20 km dari PLTN diperintahkan untuk mengungsi. Hal ini juga berlaku bagi para tim penyelamat dan pencari korban gempa dan tsunami 11 Maret lalu. Radius ini dinamakan "zona panas" karena tingkat radiasi yang besar akibat kerusakan reaktor di PLTN.
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang menolak untuk memberikan informasi tentang bagaimana mereka akan menangani mayat-mayat yang telah terkontaminasi radioaktif tersebut.
Penanganan mayat yang terkontaminasi radiasi tidak bisa sembarangan. Menurut tradisi di Jepang, mayat-mayat akan dikremasi sesuai dengan ajaran agama mereka. Hal ini dianggap sangat berbahaya, karena radioaktif yang terkandung pada tubuh mayat dapat tersebar di udara.
Menurut riset yang dilakukan MSNBC, terdapat buku panduan keamanan setebal 1000 halaman yang diterbitkan oleh Badan Keamanan Radiasi di Amerika Serikat. Menurut panduan tersebut, kremasi mayat terkontaminasi sangat dilarang, karena membahayakan lingkungan sekitar.
Cara paling aman untuk mengurus mayat terkontaminasi adalah memasukkannya ke dalam kotak bertanda radiasi dan menguburnya di dalam tanah.
Jika memang tetap bersikeras ingin dikremasi, tulis panduan tersebut, mayat haruslah dicuci dengan bersih, karena kontaminasi pada mayat hanya pada bagian kulit luar saja. Namun masalahnya adalah, kontaminasi akan menyebar ke dalam tubuh setelah tubuh itu membusuk. Diduga ribuan mayat yang terdapat di sekitar PLTN sudah dalam keadaan hampir membusuk, karena sudah dibiarkan selama berminggu-minggu.
Namun, penguburan sepertinya akan menjadi hal terakhir yang akan dilakukan oleh pemerintah Jepang dan operator PLTN, Tepco, yang saat ini disibukkan oleh penanganan krisis nuklir di Fukushima. Kyoko Tokuno, dosen senior di Universitas Washington di Seattle, mengatakan sebaiknya pemerintah secepatnya melakukan penguburan mayat karena hal itu sakral bagi sebagian besar rakyat Jepang.
"Jika pemerintah dan Tepco tidak menaruh perhatian dan menunda pelayanan dasar warga, termasuk bagaimana mereka menangani jenazah korban sesuai tradisi, akan ada beberapa konsekuensi, yang pasti akan ada protes keras dari warga," ujar Tokuno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar